Saturday, November 10, 2007

Mencari

Tamalanrea, 24 Juni 2006
Jasad ini telah menemaniku mengarungi dimensi ruang dan waktu. Entah bagaimana perasannya sekarang jika. Jikalau ia mampu bercerita sekarang (sebelum ia memiliki hak bicara penuh kelak dan mengungkapkan segala suka duka yang ia rasakan selama, kebencian, bahkan kejenuhan, apapun itu ia pasti akan bocorkan di hari yang setiap orang pasti memasukinya dan menjadi bagian darinya), mungkin diri ini mengakui segala ketidakbaikan, perlakuan sewenang-wenang yang saya lakukan padanya. ataupun kumanfaatkan ia demi memuaskan nafsu sesaat. Karena ia hanya titipan dari Yang Maha Sempurna lagi Pemilik Kesempurnaan yang Hakiki.
Rasa ini tiba-tiba saja hingga di benakku dan ingin ku abadikan di jiwa ini agar menjadi pengingat bagi ku bahwa ia tidak untuk diabaikan tapi adalah titipan yang harus ku jaga dan kugunakan untuk maksud yang mendapatkan ridhoNya.
Di jaman ini "yang sering disebut jaman edan", setiap orang - entah sesuai dengan nuraninya atau tidak - akan berusaha mendapatkan materi yang ia butuhkan untuk mempertahankan hidup. Serasa hidup ini bukan sebagai tempat menacari bekal akhirat namun hanya untuk kehidupan saat itu. Hanya sebatas ketika kita hidup, tidak ada hari kemudian yang sesungguhnya merupakan saat bagi orang beruntung dan rugi untuk merasakan kekekalan atas keuntungan dan kerugian yang telah mereka tanam selama hidupnya di dunia yang fana.
Anak di bawah umur, yang sepantasnya duduk di pangkuan sang bunda, harus turun ke jalan memelas kasih dari dermawan-dermawan yang semoga dirahmati Allah atas apa uang ia keluarkan. Dan lagi, ibu tua renta dengan telanjang kaki mengulurkan kaleng kosong kepada setiap pengendara mobil atau motor yang menghentikan kendaraanya ketika terjebak lampu merah. Yang lebih membuat miris hati ini, bahkan jika nurani kita tersentuh maka mungkin saja meteskan air mata, bayi pun dijadikan alat untuk memperoleh belas kasihan dari orang-orang yang melintas di hadapannya. Betapa pun sengsaranya kehidupan, sebagai seorang yang benar-benar dinamakan ibu tidak akan rela bayinya dijadikan alat mencari uang. Namun, realitanya?
Hidup ini memang harus dipertahankan bahkan wajib kita jalani. Karena ia tidaklah menjadi milik kita kecuali kita sanggup menjalaninya. Saya ingat salah satu muballigh tersohor di nusantara iIndonesia yang mengatakan -/+ "bukankah kita adalah the champion. Kita telah mengalahkan jutaan saingan untuk bisa menghirup udara di bumi ini" maksudnya kurang lebih (penulis) bahwa kita telah terpilih untuk diberi kesempatan mengecap yang namanya kenikmatan dunia sebagai jalan memperoroleh kebahagiaan kekal abadi di akhirat. Dan Sang Khalik tidak akan memebebani kita melebihi dari yang kita sanggup memikulnya.
Jadi, fenomena-fenomena yang disebutkan di atas hanya sebagian dari problematika kehidupan yang dihadapioleh penduduk bumi ini. Nah yang harus kita lakukan sekarang adalah memanfaatkan waktu yang ada selagi bisa. Jangan pernah mau menunda-nunda keinginan yang bisa mendatangkan kebaikan buat diri kita terlebih lagi untuk orang banyak.
Aku mengingatkan kepada diri pribadi agar bisa mencari dan menemukan siapa diri ini dan memahami hakekat keberadaan kita.

Bingun ya apa maksudnya? Sama!

Tulisan ini telah dipublikasikan pada salah satu blog saya di Multiply. Lebih lengkapnya klik di sini

Template by - Abdul Munir | Daya Earth Blogger Template